Selasa, 12 November 2013

Ibuku Ayahku

“Kok belum tidur sih anak Ibu?”
“Vino belum ngantuk Bu.”
“Hmm kamu lagi lihatin apa sih sayang?”
“Album Foto, Bu.. Vino kangen sama Ayah.”
“Ayah kamu udah ada ditempat yang paling indah sayang. Tempat yang tak ada airmata dan derita hidup.”
“Tapi kenapa Ayah cepat banget ninggalin kita Bu ? Kenapa Tuhan cepat mengambil Ayah dari kita Bu ? Bahkan lihat wajah Ayah aja Vino gak sempat Bu. Kenapa Tuhan tak izinkan Vino melihat wajah Ayah, walaupun cuman sebentar Bu ?”
“Kamu gak boleh ngomong gitu. Jangan salahkan Tuhan nak, Tuhan tahu yang terbaik untuk ciptaanNya. Tuhan izinkan Ayah duluan pergi, karna tugas Ayah udah selsesai di dunia ini.”
“Iya Bu, tapi kenapa liat wajah Ayah sedetikpun Vino gak diizinkan Tuhan ?”
“Vino anak Ibu, kita gak pernah tahu cara kerja Tuhan. Jangan pernah salahkan Dia lagi yah nak. Kamu tidur ya, ini udah malam.”
“Maafin Vino Bu, tapi sebelum tidur Vino mau tanya sama Ibu. Ayah itu orangnya gimana sih Bu ?”
“Ayah kamu itu orangnya sangat baik, tampan seperti kamu, dan yang jelas sangat sayang sama Ibu dan juga kamu. Udah ya nak, kamu tidur.”
“Iya Bu, selamat malam Ibuku sayang. Have a nice dream and I Love You Mom”
“Selamat malam Vinonya Ibu. Have a nice dream and I Love you to my Son”
Meski Ibu sudah menjelaskan semuanya padaku, aku tetap belum puas dengan jawaban Ibu. Aku mencoba mencari-cari bayangan Ayah dengan menyamakan wajah Ayah yang kulihat dialbum. Semakin membuatku tak bisa tidur. Akhirnya, sebagai penghantar tidur, aku ambil earphone dan ku putar lagu “Ayah” Ada Band.

Teringat masa kecilku
Kau peluk dan kau manja
Indahnya saat itu buatku melambung
Disisiku terngiang hangat nafas segar harum tubuhmu
Kau tuturkan segala mimpi-mimpi serta harapanmu...

Tak kuasa aku menahan air mata, lagu yang aku pikir bisa menghantarkanku tidur ternyata malah membuatku semakin dan semakin tak bisa tidur, karena teringat Ayah.
Aku gak pernah rasakan kasih sayang dari seorang Ayah, aku gak pernah tahu gimana sifat dan karakter Ayah, aku gak pernah berada dalam dekapan hangat sang Ayah, jangankan untuk ngerasain semua itu, lihat wajah Ayah aja “gak pernah sama sekali”.

Ayah duluan pergi menghadap Sang Pencipta. Ayah pergi saat Ibu melawan rasa sakit bersalinnya. Seorang suami tentu menemani sang isteri saat buah hatinya akan datang kedunia. Tapi tidak dengan Ibuku, tak ada Ayah yang menemani Ibu saat melahirkan ku. Ayah saat itu sedang berada diluar kota ada urusan pekerjaan. Ibu melarang Ayah untuk pergi, karna sebulan lagi adalah hari kelahiranku. Tapi karna Ayah ingin bersikap profesional, Ayah pergi meninggalkan Ibu dan berjanji akan kembali saat aku lahir. Diluar dugaan, hari kelahiranku dipercepat. Aku lahir prematur. Ibu menelpon Ayah, dan Ayah tentunya senang mendengar kabar gembira itu, Ayah langsung  terbang untuk melihat Isteri dan calon anaknya. Tapi, pesawat yang ditumpangi Ayah jatuh, dan kecelakaan itu terjadi. Ayah tak sempat melihatku, dan aku juga tak sempat melihat Ayah..

Aku pernah tak sengaja mendengar percakapan Tante, Om, Kakek, Nenek dengan Ibu diruang tamu.
“Rin kamu kenapa sih gak nikah lagi, kasihan kamu dan Vino gak ada yang jaga.”
“Enggak ah Bu, Rina bahagia kok hidup berdua dengan Vino. Gak ada yang bisa gantiin Mas Ferry.”
“Tapi kan Ferry udah meninggal, gak salah dong kamu menikah lagi. Gak capek apa jadi Single Parent. Kamu itu masih muda, cantik, masih banyak Pria yang mau sama kamu.”
“Makasih Kak, tapi Rina yakin kok bisa besarin Vino sendiri. Rina tahu yang terbaik untuk Rina.”
“Yasudah terserah kamu aja.”

Ibu yang sangat setia, meski pernikahan mereka udah dipisahkan oleh maut, tapi Ibu tak mau menggantikan posisi suaminya dengan siapapun.
“Jika aku besar nanti, apa masih ada wanita yang setia sama suaminya meski udah terpisah oleh maut seperti Ibuku?”

***

“Bu, Minggu depan kan Hari Ayah, sekolah Vino ngadain lomba ‘Fashion Show untuk Ayah’. Vino kan gak punya Ayah Bu. Minta bantuan Om Jeri buat nyamar jadi Ayah Vino, Om Jeri gakbisa.”
“Udah kamu jangan sedih, berangkat gih sana.”
“Iya Bu, Vino pamit ya.”

Disekolah aku iri mendengar cerita teman-temanku yang membanggakan Ayah mereka masing-masing. Mereka saling tukar cerita tentang Ayah mereka untuk persiapan lomba minggu depan.
“Eh Vin, gimana persiapan kamu untuk lomba minggu depan? Aku dan Ayah udah siapin kostum yang terbaik loh buat minggu depan”
“Bagus deh” cuman jawaban itu yang bisa kuberikan, dan pergi meninggalkan mereka

***
Hari yang tak bergairah bagiku, semua orang datang bersama orangtuanya. Mereka semua terlihat akrab dengan Ayahnya, manja, penuh kasih sayang. Aku benci lihat ini semua, aku iri pada mereka. Ada yang membawa Ayahnya aja, ada juga yang membawa keduanya Ayah dan Ibu. Aku ? Tak ada seorangpun yang menemaniku. Aku mencari bayangan Ibu, tapi tak kutemukan. Dimana Ibu ? Apa Ibu lupa hari ini lombanya ? Cuman Ibu satu-satunya orangtuaku saat ini. Tapi Ibu juga tak ada ? Acara udah hampir mulai, tapi kehadiran Ibu belum terlihat. Titik-titik airmata jatuh lagi.

Acara pun dimulai...
Semua Ayah naik diatas panggung memamerkan kostum terbaik mereka, dan menunjukkan keahlian atau bakat mereka sementara anak-anaknya menyaksikan penampilan mereka dari bangku penonton.
Satu-satu peserta dipanggil dan tibalah kini giliran peserta yang tak asing lagi bagiku.
Sorot mataku hanya tertuju padanya, penasaran siapa dibalik kostum itu.
“Selamat siang para hadirin.”
Saya tak punya keahlian yang lebih untuk ditampilkan seperti Ayah-ayah yang lain, saya cuman ingin mempersembahkan lagu ini buat anak saya yang mungkin tak menyadari kehadiran saya saat ini..
Dentingan Piano mulai berbunyi, dengan jemari nya yang indah dia mampu menyihir penonton dengan lagu “Ayah”.

Engkaulah nafasku
Yang menjaga di dalam hidupku
Kau ajarkan aku menjadi yang terbaik
Kau tak pernah lelah
S'bagai penopang dalam hidupku
Kau berikan aku semua yang terindah

Aku hanya memanggilmu ayah
Di saat aku kehilangan arah
Aku hanya mengingatmu ayah
Jika aku tlah jauh darimu

Selamat Hari Ayah buat Ayah-ayah yang hebat. Bagi kamu yang tak pernah merasakan kasih sayang seorang Ayah, jangan bersedih, karna Dia tahu yang terbaik untuk ciptaanNya. Tetaplah bersyukur.


Semua penonton berdiri memberikan tepuk tangan nya.
“Aku kenal kata-kata itu. Itu Ibu. Ternyata Ibu hadir, Ibu yang ada dibalik kostum itu. Ibu memakai baju Ayah dan memakai kumis palsu. Ibu juga berusaha untuk membuat suaranya berat seperti seorang laki-laki. Ya ampun, aku hampir tak mengenali Ibu. Satu lagi setauku Ibu tak pandai bermain alat musik apalagi piano, tapi demi aku Ibu berjuang.”

Aku berlari ke atas panggung dan memeluk Ibu. Ibu pun menyambut pelukanku.
“Ibu kenapa Ibu lakuin ini semua, permainan Ibu sangat bagus”
“Karna Ibu sayang sama kamu. Ibu gak mau kamu sedih. Kamu pernah bilang kamu ingin merasakan gimana sosok Ayahmu, walaupun hanya sedetik. Lagu itu, ibu persembahkan untuk kamu. Saat kamu bilang akan ada lomba dalam rangka ‘hari ayah’ Ibu sudah merancang nya nak. Ibu latihan lagu itu selama seminggu, Ibu sengaja pura-pura tak pedulu, karna Ibu ingin memberikan surprised untuk jagoan Ibu.”
“Makasih yaa Bu. Ibu udah kabulin permintaa Vino untuk lihat Ayah walaupun cuman sebentar. Ibuku adalah Ayahku. Meski tak pernah merasakan sentuhan hangat Ayah, tapi aku punya Ibu yang merangkap jadi Ayah. Selamat hari Ayah Bu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar